Tag: InovasiTeknologi

Kehutanan Inovasi Teknologi pada Sektor Kehutanan

Penggunaan teknologi digital dalam sektor kehutanan, yang sering dijuluki “Kehutanan 4.0,” telah membawa perubahan besar dalam cara pengelolaan hutan, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Direktur Utama CIFOR dan ICRAF, Robert Nasi, menekankan pentingnya inovasi digital dalam sektor kehutanan, serta mengingatkan bahwa inovasi juga mencakup elemen sosial.

Kehutanan Inovasi Teknologi pada Sektor Kehutanan

Di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah mengadopsi berbagai inovasi teknologi digital. Beberapa contoh termasuk:

  1. Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan (SIPUHH): Sebuah platform berbasis aplikasi untuk mengelola penatausahaan hasil hutan.
  2. Sistem Penerimaan Negara Bukan Pajak Secara Online (SIMPONI): Ini adalah sistem untuk mengelola penerimaan negara yang tidak berasal dari pajak secara online.
  3. Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK): Sistem ini dikembangkan untuk memastikan legalitas kayu dan produk kayu yang diperdagangkan.
  4. Kebijakan Multiusaha Kehutanan: Ini memungkinkan penerapan beberapa kegiatan usaha dalam satu izin berusaha pemanfaatan hutan.
  5. Dashboard Pengawasan Hutan: Membantu KLHK memantau seluruh produk yang keluar dari hutan produksi.

Upaya ini menunjukkan langkah serius Indonesia dalam mengadopsi teknologi digital dalam pengelolaan kehutanan

yang tak hanya bertujuan untuk efisiensi dan peningkatan produksi, tetapi juga untuk konservasi dan penyelamatan ekosistem hutan. Penekanan pada digitalisasi di sektor kehutanan ini merupakan respons langsung terhadap tantangan global dalam pelestarian lingkungan, serta untuk mendukung ekonomi hijau.

Transformasi digital dalam sektor kehutanan, atau “Kehutanan 4.0,” diharapkan membawa perubahan signifikan dalam upaya menyelamatkan bumi dari krisis iklim dan mendorong Indonesia menuju “Indonesia Emas 2045” serta “Net Zero Emission 2060”. Keputusan Menteri LHK No. 98 tahun 2022 tentang FOLU Net Sink 2030 merupakan langkah penting dalam upaya ini.

Manfaat Kehutanan 4.0:

  • Pengurangan Biaya Operasional: Melalui otomatisasi dan efisiensi proses.
  • Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Energi: Mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan mengurangi limbah.
  • Pemantauan Real-Time: Memungkinkan pemantauan lebih efektif terhadap kondisi hutan dan aktivitas illegal.

Tantangan dan Rekomendasi:

  • Keterlibatan Kaum Muda: Digitalisasi dapat menarik minat kaum muda, namun juga harus dikelola dengan bijak agar tidak meningkatkan eksploitasi dan degradasi hutan.
  • Koordinasi Lintas Sektor: Penting untuk integrasi dan kerjasama antar berbagai pihak.
  • Investasi Riset dan Pengembangan: Meningkatkan inovasi dan keberlanjutan dalam pengelolaan hutan.
  • Kebijakan dan Regulasi: Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk adopsi teknologi.
  • Evaluasi Dampak Negatif: Mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari teknologi dan menyusun strategi perlindungan yang sesuai.

Nasi menekankan pentingnya menjaga keberadaan hutan, perkebunan, pohon, dan mengelola keanekaragaman hayati. Penerapan teknologi dalam Kehutanan 4.0 harus seimbang dan berkelanjutan, dengan memperhatikan aspek lingkungan dan sosial, serta mendukung mata pencaharian masyarakat sekitar. Pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi diperlukan untuk memastikan pemanfaatan teknologi memberikan dampak positif bagi kehutanan dan pelestarian lingkungan.

Peluncuran Mobil Laboratorium Untuk Dukung Early Warning

Inisiatif ini dirancang untuk mendukung Early Warning System dalam Bencana Lingkungan. Peluncuran ini dilakukan secara resmi oleh Kepala Badan Litbang dan Inovasi KLHK yang mewakili Menteri LHK, Siti Nurbaya, pada Senin, 23 Desember 2019, di Selasar Auditorium Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta. Mobil laboratorium ini dilengkapi dengan berbagai sarana laboratorium dan dirancang untuk bergerak, memungkinkan pengujian kualitas lingkungan dapat dilakukan langsung di lokasi kejadian.

Peluncuran Mobil Laboratorium Untuk Dukung Early Warning

Menteri LHK, Siti Nurbaya, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Badan Litbang dan Inovasi KLHK, Agus Justianto, menekankan bahwa inovasi ini bertujuan untuk memberikan respons cepat terhadap potensi ancaman pencemaran lingkungan yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

Sebelum acara peluncuran mobil laboratorium

Sinergi ini berlangsung dari tanggal 2 Oktober hingga 1 November 2019. Kegiatan ini mencakup Bimbingan Teknis Kualitas Air, Udara, dan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) bagi analis mobil laboratorium. Hal ini juga bertujuan untuk memadukan peran pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup yang efektif dan berkelanjutan.

Mobil laboratorium ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk melakukan pengambilan sampel dan pengujian kualitas lingkungan. Ruang lingkup pengujian meliputi Udara (8 parameter), Air (30 parameter), dan Padatan (10 parameter).

Mobil laboratorium ini diharapkan dapat memfasilitasi upaya pengendalian pencemaran lingkungan di lima wilayah tersebut. Melalui Petunjuk Pelaksanaan Operasionalisasi Mobil Laboratorium, pihak terkait dapat memanfaatkannya secara efektif. Dengan adanya mobil laboratorium ini, diharapkan upaya pengendalian pencemaran dan pengelolaan lingkungan hidup dapat dilakukan dengan lebih baik.